OPTIMALISASI PERMAINAN TRADISIONAL
SEBAGAI SARANA PEMBENTUK MENTAL PANCASILA SEJAK DINI
By: Rusdianto
Masyarakat indonesia zaman sekarang
dalam pemahamannya tentang Pancasila dengan lima belas tahun yang lalu, sudah sangat berbeda.
saat ini sebagian masyarakat cenderung menganggap Pancasila hanya sebagai suatu
simbol negara dan mulai melupakan nilai-nilai filosofis yang terkandung di
dalamnya. Padahal Pancasila yang menjadi dasar negara dan sumber dari segala
hukum dan perundang-undangan adalah nafas bagi eksistensi bangsa Indonesia.
Sementara itu, lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, akibat tidak satunya kata dan perbuatan para pemimpin
bangsa, Pancasila hanya dijadikan slogan di bibir para pemimpin, tetapi
berbagai tindak dan perilakunya justru jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila.
Contoh yang tidak baik dari para pemimpin bangsa dalam pengamalan Pancasila telah
menjalar pada lunturnya nilai-nilai Pancasila di masyarakat.
Arus globalisasi begitu cepat masuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh
globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian
diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala - gejala yang muncul dalam kehidupan sehari - hari anak muda sekarang.
Dari cara
berpakaian, gaya rambut, pendek kata orang lebih
suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak
remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi
internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi
kegiatan sehari - hari. Jika
digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaatnya. Tetapi jika
tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa
yang menggunakan fasilitas tersebut tidak semestinya. Misal untuk membuka
situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka
yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena
mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari
sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka.
Diatas merupakan berbagai macam hal yang menjadi masalah
yang kemudian mengakibatkan lunnturnya ideologi bangsa ini. Ideologi
dipahami sebagai sebuah sistem yang secara normatif memberikan persepsi,
landasan serta pedoman tingkah laku bagi seseorang atau masyarakat dalam
seluruh aspek kehidupannya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan
(Poespowardojo, 1989). Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik para founding
fathers ketika negara Indonesia didirikan. Nilai-nilai dan isi yang
terkandung dalam Pancasila sudah dipertimbangkan dengan baik supaya bisa
sejalan dengan pandangan dan sifat bangsa Indonesia. Pancasila sering
digolongkan ke dalam ideologi tengah di antara dua ideologi besar paling berpengaruh di dunia. Pancasila tidak
berpaham komunisme dan tidak berpaham kapitalisme. Pancasia berusaha
untuk mengambil sisi baik dan menghapus sisi buruk yang terkandung dalam
kedua ideologi itu. Selain itu Pancasila juga mampu bersifat fleksibel terhadap
perkembangan zaman. Jika ditelusuri lebih dalam Pancasila merupakan bentuk
ideologi yang paling sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia.
Pada dasarnya Pancasila dibuat untuk menjadi pedoman
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara terletak pada bagaimana seluruh masyarakat Indonesia
dari kalangan bawah sampai kalangan atas menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya. Penerapan nilai-nilai Pancasila diharapkan bisa diterapkan di
semua bidang kehidupan baik itu di lingkungan pemerintahan (politik), ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, pendidikan, dan sebagainya. Tiga
tataran nilai dalam ideologi Pancasila yang melandasi penerapan peranan Pancasila
meliputi nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Untuk menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan maka kita pertama kali
harus mengacu pada nilai dasar yaitu nilai yang ditetapkan oleh para pendiri
negara yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.
Nilai dasar tidak akan pernah lekang oleh waktu. Kemudian arah selanjutnya
adalah memenuhi nilai instrumental yaitu nilai yang merupakan penjabaran
dari nilai dasar dan disesuaikan dengan tuntutan zaman. Nilai terakhir yang
menjadi pedoman pelaksanaan Pancasila adalah nilai praksis. Nilai ini merupakan
nilai yang sangat sulit untuk dipenuhi karena merupakan aktualisasi dari
nilai-nilai Pancasila. Penerapan nilai praksis tidak boleh bertentangan dengan
nilai dasar supaya pelaksanaan nilai Pancasila di era modern ini bisa sejalan
dengan tujuan perumusan dan tujuan lahirnya Pancasila.
Bagi suatu
ideologi, yang paling penting adalah bukti pengamalannya atau aktualisasinya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu ideologi dapat
mempunyai rumusan yang amat ideal dengan ulasan yang amat logis serta konsisten
pada tahap nilai dasar dan nilai instrumentalnya, akan tetapi, jika pada nilai
praksisnya rumusan tersebut tidak dapat diaktualisasikan, maka ideologi
tersebut akan kehilangan kredibilitasnya. Survei yang
dilakukan Pusat Studi Pancasila menyebutkan, mata pelajaran Pendidikan
Pancasila di sekolah-sekolah sekarang ini seolah hanya pelengkap kurikulum, dan
tidak dipelajari secara serius oleh peserta didik. Pelajar dan guru hanya
mengejar mata pelajaran - mata pelajaran yang menentukan kelulusan saja. Temuan
ini menegaskan, hasil survei lembaga - lembaga lain yang dilakukan sekitar
tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai Pancasila
merosot tajam. Bagi kalangan tertentu, keprihatinan tersebut mungkin dipandang
sebagai sikap konservatif. Namun, dalam konteks berbangsa, ini adalah sebuah
fakta bahwa kredibilitas Pancasila sedang merosot, dan pendidikan kewarganegaraan
tidak lagi populer. Penyebabnya bisa macam-macam, satu hal yang patut kita beri
perhatian, yakni fenomena ini mengindikasikan bahwa masa depan berbangsa kita
sedang terancam.
Dalam hal ini implementasi nilai pancasila dapat diterapkan
dengan melestarikan kembali permainan-permainan tradisional indonesia, seperti,
congklak, petak umpet, lompat karet, egrang, kelereng, bakiak. alasan yang kuat
terkait dengan ini adalah bahwasannya anak yang masih belia sekitaran usia 6-12
tahun masih bisa di awasi dengan leluasa dan juga masih bisa menyerap hal-hal
yang positif, karna yang menjadi tantangan kita kedepan bahwasannya untuk
menghadapi bonus demografi Indonesia di masa yang akan datang adalah bagaimana
kita mempersiapkan generasi yang baik. Berkesinambungan dengan yang di
elu-elukan presiden Indonesia terkait revolusi mental dan Character Building (pembangunan Berkarakter). Hal ini dapat
diterapkan dengan sistem pembelajaran yang tidak monoton, kita liat bahwasannya
sistem pembelajaran di Indonesia masih dengan sistem Top Down, dimana guru selalu memberi pelajaran dari pagi-siang,
dengan metode baru berdasarkan kolaborasi permainan yang menyenangkan ini,
setidaknya dalam satu minggu sekali ini bisa dijalankan maka tidak dipungkiri
ini dapat berhasil. Mengingat Manfaat Permainan tradisional.
Dalam mendidik anak sebaiknya tidak monoton memberikan pendidikan formal
seperti latihan membaca, menulis, atau menggambar. Dunia anak merupakan dunia
dimana pendidikan masih banyak didapatkan melalui permainan. Banyak permainan
anak-anak yang bisa memberikan manfaat bagi kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosi..
Selain menyenangkan, ternyata permainan ini juga bisa memberikan manfaat bagi
anak-anak. Berikut kami informasikan manfaat permainan tradisional dalam hal
penerapan nilai pancasila sejak dini:
1. Menanamkan perilaku jujur dan lapang
dada.
2. Menanamkan perilaku bertanggung
jawab dan Peduli.
3. Anak menjadi lebih aktif.
4. Anak bisa belajar bersosialisasi
secara langsung dengan teman sebaya dan lingkungan.
5. Belajar berhitung.
6. Membuat anak menjadi kreatif.
7. Melatih anak patuh pada aturan.
8. Belajar berdiskusi akan suatu masalah.
9. Melatih sportivitas anak.
Penanaman karakter pancasila sebagai penguatan ideologi
bangsa sejak dini adalah suatu hal yang sangat penting diberikan kepada anak
sejak dini, dimulai dari Anak PAUD, TK dan SD. Karena pada usia tersebut, anak
lebih mudah dilatih dan belajar apa arti sopan santun dan budi pekerti. Namun
perlu disadari, seiring dengan perkembangan waktu. Penanaman karakter kepada
anak menjadi lebih sulit untuk dilakukan, perlu sesuatu yang baru yang
menjadikan anak lebih antusias terhadap materi pendidikan karakter ini.
Permainan tradisional merupakan permainan yang bisa menjadi pilihan dalam
menanamkan budi pekerti dengan cara yang menyenangkan. Banyak manfaat yang
didapatkan dari permainan ini, misalnya sikap jujur, bertanggung jawab, sopan
santun, peduli dan lain lain sesuai nilai yang terkandung dalam pancasila.