Rabu, 15 November 2017

OPTIMALISASI PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI SARANA PEMBENTUK MENTAL PANCASILA SEJAK DINI



Image result for permainan tradisional
OPTIMALISASI PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI SARANA PEMBENTUK MENTAL PANCASILA SEJAK DINI
By: Rusdianto
Masyarakat indonesia zaman sekarang dalam pemahamannya tentang Pancasila dengan lima belas tahun yang lalu, sudah sangat berbeda. saat ini sebagian masyarakat cenderung menganggap Pancasila hanya sebagai suatu simbol negara dan mulai melupakan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Padahal Pancasila yang menjadi dasar negara dan sumber dari segala hukum dan perundang-undangan adalah nafas bagi eksistensi bangsa Indonesia. Sementara itu, lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, akibat tidak satunya kata dan perbuatan para pemimpin bangsa, Pancasila hanya dijadikan slogan di bibir para pemimpin, tetapi berbagai tindak dan perilakunya justru jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila. Contoh yang tidak baik dari para pemimpin bangsa dalam pengamalan Pancasila telah menjalar pada lunturnya nilai-nilai Pancasila di masyarakat.
Arus globalisasi begitu cepat masuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala - gejala yang muncul dalam kehidupan sehari - hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian, gaya rambut, pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi kegiatan sehari - hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaatnya. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan fasilitas tersebut tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka.


Diatas merupakan berbagai macam hal yang menjadi masalah yang kemudian mengakibatkan lunnturnya ideologi bangsa ini. Ideologi dipahami sebagai sebuah sistem yang secara normatif memberikan persepsi, landasan serta pedoman tingkah laku bagi seseorang atau masyarakat dalam seluruh aspek kehidupannya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan (Poespowardojo, 1989). Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik para founding fathers  ketika negara Indonesia didirikan. Nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam Pancasila sudah dipertimbangkan dengan baik supaya bisa sejalan dengan pandangan dan sifat bangsa Indonesia. Pancasila sering digolongkan ke dalam ideologi tengah di antara dua ideologi besar  paling berpengaruh di dunia. Pancasila tidak berpaham komunisme dan tidak  berpaham kapitalisme. Pancasia berusaha untuk mengambil sisi baik  dan menghapus sisi buruk yang terkandung dalam kedua ideologi itu. Selain itu Pancasila juga mampu bersifat fleksibel terhadap perkembangan zaman. Jika ditelusuri lebih dalam Pancasila merupakan bentuk ideologi yang paling sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia.           
  Pada dasarnya Pancasila dibuat untuk menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terletak pada bagaimana seluruh masyarakat Indonesia dari kalangan bawah sampai kalangan atas menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya. Penerapan nilai-nilai Pancasila diharapkan bisa diterapkan di semua bidang kehidupan baik itu di lingkungan pemerintahan (politik), ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, pendidikan, dan sebagainya. Tiga tataran nilai dalam ideologi Pancasila yang melandasi penerapan peranan Pancasila meliputi nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan maka kita pertama kali harus mengacu pada nilai dasar yaitu nilai yang ditetapkan oleh para pendiri negara yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Nilai dasar tidak akan pernah lekang oleh waktu. Kemudian arah selanjutnya adalah  memenuhi nilai instrumental yaitu nilai yang merupakan penjabaran dari nilai dasar dan disesuaikan dengan tuntutan zaman. Nilai terakhir yang menjadi pedoman pelaksanaan Pancasila adalah nilai praksis. Nilai ini merupakan nilai yang sangat sulit untuk dipenuhi karena merupakan aktualisasi dari nilai-nilai Pancasila. Penerapan nilai praksis tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar supaya pelaksanaan nilai Pancasila di era modern ini bisa sejalan dengan tujuan perumusan dan tujuan lahirnya Pancasila.
  Bagi suatu ideologi, yang paling penting adalah bukti pengamalannya atau aktualisasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu ideologi dapat mempunyai rumusan yang amat ideal dengan ulasan yang amat logis serta konsisten pada tahap nilai dasar dan nilai instrumentalnya, akan tetapi, jika pada nilai praksisnya rumusan tersebut tidak dapat diaktualisasikan, maka ideologi tersebut akan kehilangan kredibilitasnya. Survei yang dilakukan Pusat Studi Pancasila menyebutkan, mata pelajaran Pendidikan Pancasila di sekolah-sekolah sekarang ini seolah hanya pelengkap kurikulum, dan tidak dipelajari secara serius oleh peserta didik. Pelajar dan guru hanya mengejar mata pelajaran - mata pelajaran yang menentukan kelulusan saja. Temuan ini menegaskan, hasil survei lembaga - lembaga lain yang dilakukan sekitar tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai Pancasila merosot tajam. Bagi kalangan tertentu, keprihatinan tersebut mungkin dipandang sebagai sikap konservatif. Namun, dalam konteks berbangsa, ini adalah sebuah fakta bahwa kredibilitas Pancasila sedang merosot, dan pendidikan kewarganegaraan tidak lagi populer. Penyebabnya bisa macam-macam, satu hal yang patut kita beri perhatian, yakni fenomena ini mengindikasikan bahwa masa depan berbangsa kita sedang terancam.
Dalam hal ini implementasi nilai pancasila dapat diterapkan dengan melestarikan kembali permainan-permainan tradisional indonesia, seperti, congklak, petak umpet, lompat karet, egrang, kelereng, bakiak. alasan yang kuat terkait dengan ini adalah bahwasannya anak yang masih belia sekitaran usia 6-12 tahun masih bisa di awasi dengan leluasa dan juga masih bisa menyerap hal-hal yang positif, karna yang menjadi tantangan kita kedepan bahwasannya untuk menghadapi bonus demografi Indonesia di masa yang akan datang adalah bagaimana kita mempersiapkan generasi yang baik. Berkesinambungan dengan yang di elu-elukan presiden Indonesia terkait revolusi mental dan Character Building (pembangunan Berkarakter). Hal ini dapat diterapkan dengan sistem pembelajaran yang tidak monoton, kita liat bahwasannya sistem pembelajaran di Indonesia masih dengan sistem Top Down, dimana guru selalu memberi pelajaran dari pagi-siang, dengan metode baru berdasarkan kolaborasi permainan yang menyenangkan ini, setidaknya dalam satu minggu sekali ini bisa dijalankan maka tidak dipungkiri ini dapat berhasil. Mengingat Manfaat Permainan tradisional.
Dalam mendidik anak sebaiknya tidak monoton memberikan pendidikan formal seperti latihan membaca, menulis, atau menggambar. Dunia anak merupakan dunia dimana pendidikan masih banyak didapatkan melalui permainan. Banyak permainan anak-anak yang bisa memberikan manfaat bagi kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi..
Selain menyenangkan, ternyata permainan ini juga bisa memberikan manfaat bagi anak-anak. Berikut kami informasikan manfaat permainan tradisional dalam hal penerapan nilai pancasila sejak dini:
1.      Menanamkan perilaku jujur dan lapang dada.
2.      Menanamkan perilaku bertanggung jawab dan Peduli.
3.      Anak menjadi lebih aktif.
4.      Anak bisa belajar bersosialisasi secara langsung dengan teman sebaya dan lingkungan.
5.      Belajar berhitung.
6.      Membuat anak menjadi kreatif.
7.      Melatih anak patuh pada aturan.
8.      Belajar berdiskusi akan suatu masalah.
9.      Melatih sportivitas anak.
Penanaman karakter pancasila sebagai penguatan ideologi bangsa sejak dini adalah suatu hal yang sangat penting diberikan kepada anak sejak dini, dimulai dari Anak PAUD, TK dan SD. Karena pada usia tersebut, anak lebih mudah dilatih dan belajar apa arti sopan santun dan budi pekerti. Namun perlu disadari, seiring dengan perkembangan waktu. Penanaman karakter kepada anak menjadi lebih sulit untuk dilakukan, perlu sesuatu yang baru yang menjadikan anak lebih antusias terhadap materi pendidikan karakter ini.
Permainan tradisional merupakan permainan yang bisa menjadi pilihan dalam menanamkan budi pekerti dengan cara yang menyenangkan. Banyak manfaat yang didapatkan dari permainan ini, misalnya sikap jujur, bertanggung jawab, sopan santun, peduli dan lain lain sesuai nilai yang terkandung dalam pancasila.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar